Rabu, 15 Agustus 2012

Ramadhan dan Perbaikan Hati

Katagori : Ramadhan

Bagi orang-orang yang beriman, bulan Ramadhan adalah momen berharga untuk mengangkat derajat mereka di sisi Allah, kesempatan emas untuk meraih ampunan-Nya dan memperbaiki kualitas diri menuju taqwallah. Ibadah puasa secara khusus, dan sejumlah amal ketaatan lainnya pun disyariatkan dalam bulan Ramadhan ini untuk mencapai tujuan-tujuan di atas.

Dengan demikian, sudah seharusnya bagi setiap mukmin memperhatikan bagaimana menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai sarana memperbaiki diri. Dan diantara fokus perbaikan yang seharusnya menjadi target kita di bulan yang penuh berkah ini adalah perbaikan hati. Yaitu bagaimana mengupayakan hati kita agar senantiasa tunduk dan selalu beribadah kepada-Nya dengan amal-amal hati yang dicintai dan diridhai-Nya. Seperti ikhlas, tawakal, takut dan berharap kepada Allah, khusyu’ dan tawadhu, serta ibadah-ibadah hati lainnya.

Mengapa hati? karena hati memiliki fungsi yang sangat strategis dalam kehidupan kita sebagai hamba Allah di dunia ini. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kita harus memperhatikan kondisi hati kita dan perbaikannya.

Pertama: Hati Adalah Sumber Keyakinan dan Amal Perbuatan

Keyakinan dan amal perbuatan seseorang sangat tergantung kepada kondisi hatinya. Karena hati adalah sumber keyakinan dan amal perbuatan bermuara. Jika hati baik, maka keyakinan dan amal perbuatan akan baik pula. Namun jika buruk, maka buruk pula keyakinan dan amal perbuatannya.

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

“Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging, jika ia benar, maka benarlah seluruh jasad tersebut. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad tersebut. Ingatlah, bahwa ia adalah hati.” (HR Bukhari Muslim)

Allah berfirman (yang artinya) :

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

Kedua: Pahala dan Nilai amal ditentukan Oleh Niat dalam Hati

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya (sah dan tidaknya) amal perbuatan dengan niat. Dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR Bukhari Muslim)

Besaran nilai pahala sangat ditentukan oleh sebaik apa niat yang ada dalam hati seseorang saat beramal. Sebagaimana kita ketahui, niat yang ikhlas adalah syarat diterimanya amal ibadah. Jika ada dua orang menunaikan shalat misalnya, bisa jadi, walaupun masing-masing shalat dengan jumlah rakaat yang sama, tapi nilainya berbeda di sisi Allah azza wa jalla dan yang membedakannya adalah niat yang ada dalam hati keduanya. Atau dua orang bersedekah dengan jumlah nominal yang sama. Nilainya juga dapat berbeda gara-gara niat yang ada hati keduanya. Bahkan, yang satu bisa jadi mendapat pahala yang sangat besar karena keikhlasannya yang tinggi, sementara yang lain mendapat dosa karena ibadah itu dilakukan karena riya.

Ketiga: Karakter Hati Cepat Berubah


Kondisi hati yang cepat sekali berubah membuat kita harus benar-benar dengan serius memperhatikan kondisinya. Bila perlu, setiap detail kondisi hati kita saat beramal itu selalu kita muhasabahi dan periksa. Jangan sampai kita merasa sedang beribadah, namun tanpa disadari ternyata hati kita telah berubah ke arah yang lain. Dalam sebuah hadis disebutkan,

“Sesungguhnya hati manusia berada diantara dua jemari Allah al Rahman, Dia membolak-balikkannya sebagaimana Dia berkehendak.” (HR Muslim)

Dalam hadis Anas disebutkan, “Hati itu ibarat sehelai bulu di padang yang luas, yang dibolak-balikkan oleh angin.” (Ibnu Asakir)

Keempat: Setan Melemparkan Bisikannya ke Dalam Hati

Jika setan akan menyesatkan manusia, maka setan akan memulainya dari hati. Jika hati manusia sudah tergelincir, maka pengaruhnya akan terjadi kepada keyakinan dan perbuatannya.

Allah berfirman (yang artinya) :

“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An Naas: 5)

“Maka Mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan kami kepada mereka, bahkan hati mereka Telah menjadi keras, dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 43)

Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya setan mengincar hati manusia. Jika ia lupa dan lalai, maka setan melemparkan bisikannya. Jika ia mengingat Allah, maka setan menjauh.”

Kelima: Hati Adalah Alat Untuk Mengenal Kebenaran


Pemahaman yang benar dan kemampuan membedakan yang hak dan batil juga ditentukan oleh kebaikan hati seseorang. Jika hati jernih, maka diantara pengaruhnya adalah kejernihan dalam memilah kebenaran dari kebatilan. Hati yang bersih akan dapat mengenal kebenaran dengan baik, seperti cermin yang bersih yang akan memantulkan bayangan yang baik. Hati yang kotor sebaliknya, ibarat cermin yang kotor yang akan memantulkan bayangan yang buram. Hati yang kotor akan membuat kebenaran menjadi samar. Akhirnya, kebenaran menjadi terbalik dalam pandangannya. Yang benar jadi salah, yang salah jadi benar. Yang tauhid jadi syirik, yang syirik jadi tauhid. Yang sunnah jadi bid’ah, yang bid’ah jadi sunnah. Yang taat jadi maksiat, yang maksiat jadi taat. Yang hak jadi batil, dan yang batil jadi hak.

Allah berfirman (yang artinya) :

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)

Keenam: Hati Akan Dimintai Pertanggungjawaban Di Akhirat

Allah berfirman (yang artinya) :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Israa: 36)

Ibadah puasa memiliki pengaruh yang sangat hebat terhadap perbaikan hati kita. Karena puasa dapat melemahkan syahwat perut dan kemaluan. Dengannya kemudian kita mampu menjauhi kemaksiatan. Dan dengan menjauhi kemaksiatan maka hati akan menjadi bersih.

Abu Sulaiman berkata, “Noda dan kerasnya hati adalah pokok kelalaian. Dan penawarnya adalah dengan memperbanyak puasa.”

Oleh karena itu juga, Nabi menganjurkan orang yang belum mampu menikah untuk memperbanyak puasa. Beliau bersabda, “Sesungguhnya puasa itu akan menjadi pelindung baginya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Puasa itu adalah perisai” maksudnya adalah perisai dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.

Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq dan kekuatan kepada kita semua untuk menjadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai bulan perbaikan diri yang sebenarnya, utamanya adalah hati dan kondisi batin kita. Amin.

Wallaahu waliyyu dzaalika wal qaadiru ‘alaihi, wa laa haula wa laa quwwata illa billaah.

Rancabogo, Subang, 13 Ramadhan 1433 H

*Materi ilmiah dalam tulisan di atas banyak diinspirasi oleh Buku “Hayaatu al Quluub”, Karya Syaikhunaa Prof. Dr. Sa’ad bin Nashir al Syatsry –semoga Allah menjaganya.



Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc

Wujudkan Inspirasimu

Katagori : Catatan Suka-Suka

Sering kita melihat banyak sekali orang-orang yang sukses akan keberhasilan mereka dalam mengais pasang surutnya kehidupan, ada berbagai macam cerita tentang prestasi yang telah mereka capai. dari yang sebelumnya jadi tukang kuli bangunan sampai menjadi owner dari apartemennya, dari yang sebelumnya jadi OB (office boy) sampai menjadi direktur dan sebagainya. sadarkah kita !! apakah kita tidak bertanya-tanya dimana mereka menemukan sumber inspirasi yang sebagai induk dari motivasi mereka sehingga mereka dapat meraih kehidupan yang lebih baik dari inspirasi mereka? oleh karena itu marilah kita wujudkan inspirasi kita dan temukan sumber inspirasi untuk mendapatkan motivasi dalam diri dan menjadikan hidup menjadi lebih baik dari sedetik sebelumnya.

Apa inspirasi itu ???

Inspirasi adalah Hal/ide yang membangkitkan seseorang untuk menciptakan sesuatu. ide yang ditemukan dengan mencari secara proaktif. Jangan hanya menunggu tapi segeralah bertindak. Dan inspirasi yang mampu memotivasi kita adalah sebuah ide yang tidak hanya ditemukan namun memicu tindak lanjut dari kita. Inspirasi didapatkan dari mencari dan mengamati karya ilahi, spiritual seperti ilham, kreasi orang lain, inspirasi dari alam, dari ide-ide yang lama maupun yang baru.  inspirasi itu juga akibat-hasil dari proses pengembangan diri kita.

Inspirasi bisa didapatkan dengan cara Jadilah orang yang peka, Menjadi jeli dan sensitif terhadap keindahan dari segala sesuatunya. Lihatlah segala sesuatunya di sekitar kita yang mungkin kita tidak duga-duga bisa menjadi sumber inspirasi.

Terkadang kita pernah mendapatkan sebuah inspirasi, hanya saja kita tidak tahu apakah itu sebuah inspirasi atau hanya angan-angan belaka. setelah mendapatkan inspirasi kita tidak mengerti apa yang harus kita lakukan. beda dari keduanya sangatlah tipis. Lain halnya disaat aku membutuhkan banyak inspirasi, pikiranku rasanya buntu dan seolah tak ada jalan keluar. setelah aku cari-cari tenyata inspirasi itu adalah ilham, ilaham ialah penyampaian suatu makna, fikiran atau hakikat di dlm jiwa atau hati (terserah mau dinamakan apa saja) secara melimpah. Maksudnya ALLAH SWT menciptakan padanya ilmu dharuri yg ia tidak dapat menolaknya, yaitu bukan dg cara dipelajari akan tetapi dilimpahkan ke dalam jiwanya bukan karena kemauannya.

oleh karena itu temukan inspirasimu dan wujudkanlah, setidaknya kita bisa mengembangkan inspirasi kita menjadi inovasi dan kreasi yang akhirnya menjadi sebuah karya yang menginspirasi dunia.